twitter rss

Adab trhadap orang tua

Label:


Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita. Segala puji hanya milik-Nya yang telah menganugerahkan kenikmatan yang tak terhitung bagi kita semua. Dan diantara semua kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah yang paling utama. Dengan nikmat itu, nikmat yang lain menjadi bernilai di hadapan Allah. Atas dasar nikmat itu, nikmat yang lain menjadi berharga di sisi Allah. Hanya dengan adanya nikmat itu, nikmat yang lain bermakna bagi kita, dalam pandangan Allah SWT.
Salawat dan salam atas Rasulullah SAW, yang telah mengajarkan ukhuwah dan memancangkan keteladanan dalam memenuhi hak ukhuwah sesama muslim. Maka para sahabat beliau pun menjadi generasi terbaik yang luar biasa kasih sayangnya kepada sesama Muslim.
Orang muslim menyakini hak kedua orang tua terhadap dirinya, kewajiban berbakti, taat, dan bebuat baik kepada keduanya. Tidak karena keduanya penyebab keberadaannya atau karena keduanya memberikan banyak hal kepadanya hingga ia harus berbalas budi kepada keduanya, tetapi karena Allah Azza wajalla mewajibkan ta’at, menyuruh berbakti, dan bebuat baik kepada keduanya. Bahkan, Allah Ta’ala mengaitkan hak orang tua tersebut dengan hakNya yang berupa penyembahan kepada diriNya dan tidak kepada yang lain. Allah Ta’ala berfirman,
“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman : 14)
Didalam hadits disebutkan ada seseorang bertanya kepada Rasullah Shollallhu ‘alaihi wassalam, “Siapakah orang yang berhak mendapat pergaulanku yang paling baik?” Rasullah Shollallhu ‘alaihi wassalam bersabda, “Ibumu!”. Orang tersebut bertanya lagi, “Siapa lagi?” Rasullah Shollallhu ‘alaihi wassalam bersabda, “Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi, “Siapa lagi?” Rasullah Shollallhu ‘alaihi wassalam menjawab “Ibumu!”. Orang itu bertanya lagi, “Siapa lagi?” Rasullah Shollallhu ‘alaihi wassalam bersabda, “Ayahmu”.
Rasullah Shollallhu ‘alaihi wassalam bersabda dalam hadits yang lain,
إن الله عز وجل حرم عليكم عقوق الأمهات ووأد البنات ومنعا وهات وكره لكم ثلاثا قيل وقال وكثرة السؤال وإضاعة المال
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada kedua orang tua, menahan hak dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah membenci untuk kalian gossip, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta” (H.R Muslim)
Bahkan durhaka kepada kedua orang tua termasuk dari dosa-dosa besar yang disandingkan dengan kesyirikan, beliau bersabda ,
أَلا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ؟ ” . قُلْنَا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ : ” الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ ” . وَكَانَ مُتَّكِئًا , فَجَلَسَ ، فَقَالَ : ” أَلا وَقَوْلُ الزُّورِ ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ ، أَلا وَقَوْلُ الزُّورِ ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ ” . قَالَ : فَمَا زَالَ يَقُولُهَا حَتَّى قُلْتُ : لا يَسْكُتُ
 “Maukah aku beritahukan kepada kalian dosa-dosa yg paling besar?” Beliau mengulangi tiga kali. Lalu mereka berkata: “Iya wahai Rasululah.” Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau lalu duduk yg tadi ittika` seraya mengatakan: “Ketahuilah persaksian palsu.” Dia (Abu Bakar)berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus mengulangi sehingga kami mengatakan: ‘Duhai seandai beliau berhenti’.” (Muttafaq ‘alaih)
Jika durhaka kepada orang tua termasuk dari dosa besar maka berbakti kepada keduanya termasuk dari amal yang paling dicintai oleh Allah bahkan melebihi dari jihad fi sabilillah.
Dari Aim Amr Asy-Syaibani, dia berkata, “Pemilik rumah ini meriwayatkan kepadaku -sambil memberikan isyarat dengan tangannya ke rumah Abdullah- dia berkata,

  سَأَلْتُ النبي صلى الله عليه وسلم: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ : الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ : ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ ، قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ ثُمَّ الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ قَالَ : فَحَدَّثْنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتّزَدْتُهُ لَزَادَنِى

“Saya bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah perbuatan yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla?.” Nabi menjawab, “Shalat pada waktunya”. Kemudian saya bertanya lagi, “Lalu apa?.” Rasulullah menjawab, ‘Kemudian berbuat baik kepada kedua orang tua‘. Lalu saya kembali bertanya, “Lalu apa?” Rasulullah menjawab, “Kemudian jihad dijalan Allah’.” Abdullah berkata, ‘Rasulullah menerangkan perkara tersebut kepadaku. Sekiranya aku meminta tambahan kepadanya, maka niscaya beliau akan menambahnya untukku.’” (H.R Muslim)
Salah seorang sahabat datang kepada Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta ijin berjihad, kemudian beliau bertanya “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” sahabat tersebut menjawab, “Ya keduanya masih hidup”. Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudia bersabda, “Mintalah ijin kepada keduanya, kemudian berjihadlah di jalan Allah” (Muttafaq ‘alaih).
Bagi yang orang tuanya sudah tiada, bukan berarti kita sudah tidak bisa berbuat baik kepada mereka, kita masih bisa dan mempunyai kesempatan untuk  berbuat baik kepada mereka dengan cara yang diajarkan oleh Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
 Salah seorang dari kaum anshar datang kepada Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata, “Wahai Rasullah, apakah aku masih mempunyai kewajiban bakti kepada orang tua yang harus aku kerjakan setelah kematian keduanya?” Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Ya ada, yaitu empat hal : Mendoakan keduanya, memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman keduanya dan menyambung sanak family dimana engkau tidak mempunyai hubungan kekerabatan kecuali dari jalur keduanya. Itulah bakti engkau kepada keduanya setelah kematian keduanya.” ( H.R Abu Daud).
Setelah orang muslim mengetahui hak kedua orang tua atas dirinya, dan menunaikannya dengan sempurna karena mentaati Allah Ta’ala dan merealisir wasiatNya, maka kita juga harus  menjaga etika-etika berikut ini terhadap kedua orang tua kita :
  1. Ta’at kepada orang tua dalam semua perintah dan larangan keduanya, selama di dalamnya tidak ada kemaksiatan kepada Allah, dan pelanggaran kepada syariatNya, karena manusia tidak berkewajiban ta’at kepada manusia sesamanya dalam bermaksiat kepada Allah, firman Allah ta’ala,“dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Luqman : 15)
  2. Hormat dan menghargai kepada keduanya, merendahkan suara dan memuliakan keduanya dengan perbuatan dan perkataan yang baik, tidak menghardik dan tidak pula mengeraskan suara di atas suara keduanya, tidak berjalan di depan keduanya, tidak mendahulukan istri dan anak atas keduanya, tidak memanggill keduanya dengan namanya namun dengan memanggil keduanya dengan panggilan “Ayah, Ibu” dan tidak bepergian kecuali dengan ijin dari keduanya.
  3. Berbakti kepada keduanya dengan apa saja yang mampu ia kerjakan, dan sesuai dengan kemampuannya, seperti memberi makan , pakaian, mengobati penyakitnya dan mengalah demi kebaikan keduanya.
  4. Menyambung hubungan kekerabatan dimana kita tidak mempunyai hubungan kekerabatan kecuali dari jalur kedua orang tua kita, mendoakan dan memintakan ampunan untuk mereka, melaksanakan janji (wasiat), dan memuliakan teman-teman orang tua kita.

Posting Komentar

Catagoris

Catagoris

Catagoris